Festival ini Angkat Ikon BUTO IJO Hapus Stigma Negatif Desa Kerobokan Dari Lembaga Pemasyarakatan


DETEKSIPOST.COM – Acara Festival Petitenget baru pertama kali digelar di Desa Adat Kerobokan, maka festival ini akan dilaksankan selama tiga hari, dari tanggal.14, sampai 16 september 2018, akegiatan ini menampilkan berbagai seni budaya tradisional dengan tujuan meningkatkan kunjungan pariwisata ke Kerobokan serta merubah image Kerobokan yang selama ini identik dengan Lembaga Pemasyarakatan, Sedangkan lokasi di Pantai Petitenget, Kerobokan Kuta, Badung, saat jumpa pers, di Hotel Alila, Kuta. Selasa. 11 september 2018.
 
Kadisparda Badung Made Badra mengungkapkan, Ada keunikan-keunikan tradisi-tradisi yang perlu kita berikan apresiasi, dimana sudah diarahkan sama Bupati Badung, Di Badung ini ada tiga festival Badung Utara, Badung Tenggah dan Badung Selatan, ” jelasnya.
 
“Kata Made Badra, Ya rupa-rupanya festival ini yang akan dirancang oleh masyarakat, ini akan di sport oleh pemerintah, keragaman ini bagaimana keberagaman ini akan di jadikan satu festival.
 
“Kita sekarang juga mendatangkan wisatawan pancanegara, untuk saat ini bulan agsustus sudah melampui sekira 4 juta lebih, nantik kita akan memberikan wisatawan yang datang, baik wisatawan domistik maupun wisatawan pancanegara, supaya mereka bisa menikmati liburannya, sehingga harapan kita, lebih lama lagi di Bali. “jelas, Made Badra.
 
Menurut Kadisparda Badung Made Badra mengungkapkan Pemkab Badung mendukung sepenuhnya, dan memberi bantuan dana untuk acara festival sebesar Rp 2 miliar.
 
Jero Bendesa Adat Kerobokan Kelod. AA. Putu Sutarja menyampaikan, Kita mohon dukungan semua pihak terkait agar festival berjalan dengan lancar dan berkesinambungan mendukung program kegiatan pemerintah Kabupaten Badung dalam promosi pariwisata, “ungkapnya.
 
IMG-20180912-WA0001
 
Ketua Panitia Petitenget Festival Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra, dan Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja didampingi Kadisparda Badung Made Badra Mengatakan, pada awak media maksud dan tujuan diadakan festival petitenget ini, dilatar belakangi keinginan oleh masyarakat desa adat kerobokan dalam tertuang forum, aspirasi dan memiliki 50 banjar dengan adanya festival kerobokan, “ujar AA.Bagus.
 
Sehingga Ikon dari Petitenget Festival Merupakan, ” BUTO IJO “, yang memegang pencanangan atau kotak suci dari Dang Hyang Nirarta. Ikon brand ini lahir praseminar dan seminar Buto Ijo, yang telah digelar beberapa bulan yang lalu tanggal 7 Januari 2018, maka di Kerobokan dulu daerah sangat angker.”ujarnya.
 
“Hal ini, Kegiatan Festival Desa Adat Kerobokan dengan mengambil, Tema ‘Experience Centuries in The Making” ucap AA.Bagus.
 
Selain itu, Dang Hyang Nirarta dalam perjalananya ke Kerobokan diikuti sesosok mahluk halus yaitu Buto Ijo dan diberikan mandat menjaga pencangan atau kotak sirih ide sebelum melanjutkan perjalanan suci menuju Pura Luhur Uluwatu.
 
Maka Nilai filosopis dalam festival ini adalah bagaimana karakter Buto Ijo yang sudah disupat menjadi niat baik diberikan kekuatan menjaga dan berkembang dengan dinamika yang ada serta kedepan brand Buto Ijo menjadi Ikon identik dengan desa Kerobokan yang selama ini dikenal hanya LP (Lembaga Pemasyarakatan). Kerobokan, banyak kerusuhan , narkoba dan kriminal lainya menyebabkan banyak investor mendengungkan bukan Kerobokan melainkan Seminyak, citra ini yang akan dihapus.”jelas. AA.Bagus.
 
Lebih lanjut, kerobokan diharapkan menjadi salah satu the best destinesion in the world yang telah banyak hotel berkelas seperti hotel Alila dan lainya sudah terkenal didunia, dengan festival ini ingin bersama pemerintah Kabupaten Badung mengangkat lebih luas lagi bahwa Kerobokan salah satu daerah tujuan wisata terbaik.
 
Sementara, tujuan lain Kerobokan dengan 50 banjar, 4 kelurahan dan 2 desa akan diberikan ruang dalam festival ini outputnya nanti setelah festival ada pementasan seni budaya secara rutin khususnya diwantilan Petitenget. Stickholder seperti Asita , PHRI bisa mengemas sehingga lama kunjungan wisatawan bisa diperpanjang juga kwality tourism seperti kemacetan menjadi masalah pariwisata.
 
“Hal ini, Lay out festival dipinggir pantai Petitenget dengan Patung Buto Ijo, wantilan, tempat parkir, panggung utama , panggung podium kehormatan, 50 stand dimana 4 kerurahan dan 2 desa diberi stand gratis untuk mengangkat UMKM ada juga hotel-hotel yang menjadi sponsor , otomotif, akomodasi tapi paling banyak stand kuliner dihadirkan food berkelas tidak seperti pasar malam.
 
Rundown acara dengan tag line Festival Century in the matching artinya adanya masyarakat desa adat Kerobokan dicoba dibangkitkan dalam festival ini.hari pertama tanggal 14 september 2018, diawali penyambutan didepan Pure Petitenget dengan FIV rest area di Hotel Alila diarak dengan konvoi motor Harley Davidson, mobil Wilis menuju depan Pure Petitenget, dilanjutkan gong Adi Merdangga yang dipagari betis menuju pantai mengelilingi stand-stand pameran selanjutnya melepas tukik (anak penyu). Dengan konsep sirois management ramah lingkungan, lanjut ada ayunan yang mengartikan simbul keseimbangan alam semesta.
 
Pembukaan festival ditandai dengan pemukulan alu (alat menumbuk padi) disertai gong Adi Merdangga dan penandatanganan buku Buto Ijo dan buku panduan wisata desa adat Kerobokan, lanjut pragmen tari tentang sejarah perjalanan Dang Hyang Nirarta , ada video animasi untuk generasi milineal untuk mengenal sejarah.
 
Lanjut, hari ke 2 tanggal 15/09 pagi hari ada lomba ngelawar dengan keserta 4 kelurahan dan 2 desa dan sorenya ada 2500 yoga ketawa dengan instruktur Made Mangku Sukrene dilanjutkan lomba Bajang Teruna Jegeg Bagus diiringi musik Gus Teja, bulan Januari 2017 lalu.”ungkap AA.Bagus Bayu.(TIM).